BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Akhlak merupakan salah satu bahasan
dalam mata kuliah Akhlak Tasauf. Selain itu juga, akhlak sangat dibutuhkan saat
ini. Zaman yang semakin gemerlap, ditambah lagi dengan kemajuan ilmu
pengetahuan yang cepat, membuat manusia semakin hidup dinamis. Dengan kemajuan
teknologi bisa berbahaya di tangan orang yang secara mental dan keyakinan agama
belum siap menerima hal tersebut.[1]
Namun disisi lain tidak mungkin kita
mengubur dan menghentikan teknologi dan berbagai perkembangnnya serta masih ada
orang yang mampu menggunakannya pada tempat yang semestinya. Orang-orang
tersebut ialah orang yang memiliki jiwa dan hati yang bersih, yang tercermin
dalam akhlak mereka. Sehingga kita bisa menyimpulkan bahwa hal yang masih
kurang dalam diri manusia saat ini ialah akhlak yang membawa kepada kebaikan
atau akhlakul karimah.
Dari pentingnya kedudukan akhlak
dalam kehidupan manusia, maka penting untuk kita mengkajinya. Diantara kajian
yang pertama ialah tentang akhlak itu sendiri. Apa pengertiannya dari segi
etimologis maupun terminologis, bagaimana akhlak dipandang sebagai ilmu, ruang
lingkup pembahasannya serta urgensi kita mempelajarinya sehingga kita lebih
bersemangat dalam mempelajarinya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
Dari uraian di atas, maka pemakalah dapat
merumuskan beberapa pokok bahasan pada makalah ini, yaitu:
1.
PENGERTIAN
AKHLAK
2.
AKHLAK
SEBAGAI ILMU
3.
RUANG
LINGKUP ILMU AKHLAK
4.
URGENSI
MEMPELAJARI ILMU AKHLAK
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
AKHLAK
Ada dua cara atau pendekatan yang
lazim digunakan dalam memberikan sebuah pengertian yaitu dari sudut linguistik,
etimology, atau kebahasaan dan dari sudut terminology atau
peristilahan.[2]
Dari sudut kebahasaan atau etimology
kata akhlak berasal dari kata bahasa Arab jama’ dari bentuk mufrodnya yaitu خلق yang berarti budi pekerti,
tingkah laku, perangai atau tabiat.[3]
Ada juga yang mengatakan isim mashdar (bentuk infinitif) dari kata akhlaqa-yukhliku-ikhlaqan.[4] Namun
pendapat di atas ditolak karena isim mashdar dari kata akhlaqa bukan akhlaq
tapi ikhlaq sehingga timbul pendapat secara etimologi kata akhlaq
merupakan isim jamid atau isim gairu mustaq.[5]
Kata akhlaq atau khuluq dapat
dijumpai pemakaiannya dalam Al-Qur’an atau Hadits seperti:
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
Artinya: “Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung”[6]
Jiga dalam hadits:
اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَانًا اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا (رواه
الترميذي)
Artinya: “Orang mukmin yang paling sempurna keimanannya adalah
orang sempurna budi pekertinya” (HR Tirmidzi)
Jelaslah bahwa arti dari kata khuluq
(خلق) ialah budi pekerti. Sedangkan Ahmad Amin membedakan antara budi
dan akhlak. Menurutnya budi ialah sifat jiwa yang tidak terlihat, sedangkan
akhlak ialah sifat yang terlihat yang berupa kelakuan atau muamalah.[7]
Sedangkan secara terminology, para
ahli memberikan definisi yang berbeda-beda. Berikut beberapa definisi yang
diberikan oleh para ahli, sebagai berikut:
1.
Ibnu
Maskawaiah (w. 421 H/1030 M) dikenal sebagai ahli di bidang akhlak terkemuka
mengatakan:
حَالٌ
لِلنَّفْسِ دَاعِيَةٌ لَهَا اِلَى اَفْعَالِهَا مِنْ غَيْرِ فِكْرٍ وَلَارُوِيَةٍ
Artinya:
“sifat yang tertanam dalam jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan”
2.
Imam
Al-Gazali (1059-1111 M) yang dikenal
dengan Hujjatul Islam mengatakan dalm kitab Ihya’ulumuddin:
اَلْخُلُقُ
عِبَارَةٌ عَنْ هَيْثَةٍ فِي النَّفْسِ رَاسِخَةٌ عَنْهَا تَصْدُرُ الْاَفْعَالُ
بِسُهُوْلَةٍ وَيُسْرٍ مِنْ غَيْرِ حَاجَةٍ اِلَى فِكْرٍ وَرُؤْيَةٍ
Artinya:
“Akhlaq ialah suatu sifat yang tertanam dalam jiwa yang daripadanya timbul
perbuatan-perbuatan dengan mudah, dengan tidak memerlukan pertimbangan pikiran
(terlebih dahulu)”[8]
3.
Ibrahim
Anis dalam Mu’jam al-Wasith mengatakan
حَالٌ
لِلنَّفْسِ رَاسِخَةٌ تَصْدُرُ عَنْهَا اَلْاَعْمَالُ مِنْ خَيْرٍ اَوْ شَرٍّ مِنْ
غَيْرِ حَاجَةٍ اِلىَ فِكْرٍ وَ رُؤْيَةٍ
Artinya:
“Sifat yang tertanam dalam jiwa, yang dengannya lahirlah macam-macam perbuatan,
baik atau buruk, tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan”[9]
4.
Abdul
Hamid Yunus dalam Dairatul Ma’arif mengatakan
هِيَ صِفَاتُ
اَلْاِنْسَانِ اَلْاَدَبِيَّةُ
Artinya:
“Akhlak ialah segala sifat manusia yang terdidik”
5.
Prof.
Dr. Ahmad Amin mengatakan
عرف بعضهم الخلق
بانه عادة الارادة يعنى ان الارادة اذا اعتادت شيىئا فعادتها هي المسماة بالحلق
Artinya:
“Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang
dibiasakan. Yaitu bila kehendak itu membiasakan sesuatu, kebiasaan itu disebut
akhlak”[10]
Dari uraian diatas, tampak semua
definisi yang diberikan para ahli saling melengkapi satu dengan yang lainnya.
Maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa akhlak ialah sifat yang tertanam
dalam jiwa di ekspresikan dengan tindakan-tindakan yang dibiasakan tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan serta dilakukan tanpa terpaksa.
B.
AKHLAK
SEBAGAI ILMU
Pentingnya akhlak membuat pengkajian
tentangnya berkembang sehingga memunculkan ahli-ahli tersendiri serta
kitab-kitab yang khusus membahas tentang akhlak membuat pembahasan tentang
akhlak menjadi disiplin ilmu tersendiri dan lazim disebut Akhlak Tasawuf atau
Ilmu Akhlak.
Dalam memberikan definisi ilmu
akhlak, terdapat beberapa pendapat. Diantaranya ialah:
1.
Di
dalam buku Encyclopedia Britanica, dijelaskan bahwa pengertian ilmu akhlak itu
identik dengan definisi Etics atau etika yaitu: “Ethics is the systematic
study of the nature of value concepts, “good, bad, ought, right, wrong, etc”
and of the general principles which justify us in applying them to anything;
also called “Moral Philosophy”. Artinya, ilmu akhlak ialah studi yang
sistematis tentang tabiat dari pengertian-pengertian nilai “baik, buruk,
seharusnya, benar, salah” dan sebagainya dan tentang prinsip-prinsip yang
umum yang membenarkan kita dalam mempergunakannya terhadap sesuatu; hal ini
disebut juga “filsafat moral”[11].
2.
Ja’ad
Maulana memberikan pengertian sebagai ilmu yang menyelidiki perjalanan hidup
manusia di muka bumi ini dan mempergunakan sebagai norma atau ukuran untuk
mempertimbangkan perbuatan, perkataan dan hal ihwal manusia dalam hidup mereka
serta menjelaskan bagi mereka, bagaimana kewajiban dalam hidup, bukan bagaimana
mereka hidup. Juga ilmu yang menyelidiki gerak jiwa manusia, apa yang
dibiasakan mereka dari perbuatan dan perkataan serta menyingkap hakikat baik
dan buruk.[12]
3.
Abdul
Hamid Yunus dalam Da’iratul Ma’rif
menegaskan:
اَلْعِلْمُ
بِلْفَضَائِلِ وَ كَيْفِيَةِ اِقْتِنَائِهَا لِتَتَحَلىَّ النَّفْسُ بِهَا
وَبِالرَّذَائِلِ وَ كَيْفِيَةِ تَوْقِيْهَا لِتَخَلىَّ عَنْهَا
Artinya: “Ilmu
tentang keutamaan-keutamaan dan cara
mengikutinya hingga terisis dengannya dan tentang keburukan dan cara menghindarinya
hingga jiwa kosong daripadanya”.[13]
4.
Disebutkan
juga bahwa ilmu akhlak ialah ilmu untuk menetapkan ukuran segala perbuatan
manusia. Baik atau buruknya, benar atau salahnya, sah atau batal, semua itu
ditetapkan dengan mempergunakan ilmu akhlak sebagai petunjuknya.[14]
Dari beberapa definisi diatas,
tampak satu sama lainnya saling mendukung dan melengkapi. Maka kita dapat
menyimpulkan ilmu akhlak ialah ilmu yang menyelidiki baik buruknya suatu
perbuatan manusia dengan berdasarkan akal pikiran dan agama.
C.
RUANG
LINGKUP ILMU AKHLAK
Para ahli di bidang ilmu akhlak
memberikan ruang lingkup ilmu ini. Ahmad Amin mengatakan bahwa pembahasan ilmu
akhlak ialah perbuatan manusia yang selanjutnya perbuatan tersebut ditentukan
baik buruknya.[15]
Selanjutnya Al-Gazali menandaskan bahwa kawasan pembahasan ilmu akhlak ialah
seluruh aspek kehidupan manusia baik sebagai individu maupun kelompok.[16]
Jika kita memperhatikan kembali
definisi dari ilmu akhlak, kita akan mendapati beberapa hal yang menjadi
pembahasan ilmu akhlak yaitu perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar
tanpa paksaan dan merupakan isi dari jiwa yang sudah lazim dilakukannya serta
ditentukan baik buruknya. Maka salah satu dasar dinilai baik buruk dari suatu
perbuatan manusia ialah kesadaran dan kemauan dari si pelaku.
Pada dasarnya ilmu akhlak mengkaji
perbuatan-perbuatan manusia, baik secara individu maupun kelompok, kepada
sesama manusia maupun alam, yang dilakukan dengan sadar, tidak pura-pura dan
tanpa paksaan untuk selanjutnya ditentukan perbuatan tersebut bernilai baik
atau buruk.
D.
URGNSI
MEMPELAJARI ILMU AKHLAK
Mempelajari ilmu akhlak bukanlah
suatu yang sia-sia. Banyak manfaat yang dapat kita dapatkan dari
mempelajarinya. Diantara manfaat mempelajari ilmu akhlak ialah:
1.
Meningkatkan
Derajat Manusia[17]
Manusia sebagai khalifah di muka
bumi ini tentu memiliki keistimewaan yang telah diberikan Tuhan. Diantaranya
ialah akal dan nafsu. Dalam membawa dua anugrah ini dibutuhkan pengetahuan
akhlak sehingga kita bisa membawanya dan mempergunakannya dengan bijak. Jika
kita sudah bisa menggunakan akal dan nafsu pada tempatnya, maka kita akan
mendapatkan derajat yang mulia.
2.
Menuntun
Kepada Kebaikan
Dengan mempelajari ilmu akhlak, maka
kita mengetahui sebab-sebab sutau perbuatan dikatakan baik dan buruk sehingga
lebih mudah menentukan dan terdorong melaksanakan hal yang baik serta
meninggalkan hal yang buruk.
3.
Sebagai
Sarana Pembersihan Diri
Ilmu akhlak berguna secara efektif
dalam upaya membersihkan diri manusia dari perbuatan dosa dan maksiat. Melalui
akhlak kita bisa membersihkan sisi rohani kita.[18]
4.
Manifestasi
Kesempurnaan Iman
Iman yang sempurna akan melahirkan
kesempurnaan akhlak yang dengan sendirinya dapat menjadikan pelakunya orang
yang mulia baik di masyarakat maupun di sisi Tuhan.
5.
Mewujudkan
Masyarakat Yang Sejahtra
Dengan mempelajari ilmu akhlak, kita
bisa mengamalkannya pada msayarakat. Jika suatu masyarakat memiliki akhlak yang
buruk maka masyarakat tersebut akan berantakan dan tak harmonis. Sedangkan jika
suatu masyarakat memiliki akhlak yang baik maka masyarakat tersebut akan
mendapatkan kehidupan yang harmonis dan sejahtera.
6.
Dan
sebagainya.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dari sudut kebahasaan atau etimology
kata akhlak berasal dari kata bahasa Arab jama’ dari bentuk mufrodnya yaitu خلق yang berarti budi pekerti,
tingkah laku, perangai atau tabiat sedangkan
secara istilah atau terminology ialah sifat yang tertanam dalam jiwa di
ekspresikan dengan tindakan-tindakan yang dibiasakan tanpa membutuhkan
pemikiran dan pertimbangan serta dilakukan tanpa terpaksa.
Sedangkan jika dipandang sebagai
ilmu akhlak ialah ilmu yang menyelidiki baik buruknya suatu perbuatan manusia
dengan berdasarkan akal pikiran dan agama.
Pada dasarnya ilmu akhlak mengkaji
perbuatan-perbuatan manusia, baik secara individu maupun kelompok, kepada
sesama manusia maupun alam, yang dilakukan dengan sadar, tidak pura-pura dan
tanpa paksaan untuk selanjutnya ditentukan perbuatan tersebut bernilai baik
atau buruk.
Diantara manfaat mempelajari ilmu
akhlak ialah: Meningkatkan Derajat Manusia, Menuntun Kepada Kebaikan, Sebagai
Sarana Pembersihan Diri, Manifestasi Kesempurnaan Iman, Mewujudkan Masyarakat
Yang Sejahtra dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
AL-QUR’AN
AL-KARIM
Nata, H Abudin, Akhlak Tasawuf, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2000
Mustofa, H. A, Akhlak
Tasawuf, Bandung: CV Pustaka Setia, 2008
Amin, Ahmad, Etika (Ilmu
Akhlahq), diterjemahkan oleh K.H. Farid Ma’ruf, Jakarta: PT Bulan Bintang,
1995
Sinaga, Hsanuddin dan Zahrudin AR, Pengantar Studi Akhlak Jakarta:
PT Raja Grafindo persada, 2004
[1] Drs. H Abudin
Nata, M.A, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000)
hlm.285.
[2] Ibid,
h.1
[3] Drs. H. A.
Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2008) hlm.11
[4] Abudin Nata, Akhlak…,1.
[5] Ibid,
h.2
[6] Al-Qur’an,
Surat Al-Qalam (68): 4
[7] Prof. Dr.
Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlahq) (terjemah) (Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1995) hlm.63
[8] Hsanuddin
Sinaga, S. Ag., M.A dan Drs. Zahrudin AR, M. M.Si. Pengantar Studi Akhlak
(Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2004) hlm.4. Bandingkan dengan Abudin Nata,
Akhlak …,4.
[9] Abuddin Nata, Akhlak…,4
[10] Hasanudin
Sinaga dan Zahrudin, Pengantar…,4.
[11] Ibid,6
[12] Ibid.
[13] Abuddin Nata, Akhlak…,8
[14] Hasanuddin
Sinaga dan zahruddin, Pengantar…,7
[15]
Abuddin Nata, Akhlak…,9
[16]
Ibid,10
[17]
H. A Mustofa, Akhlak…,31
[18]
Abuddin Nata, Akhlak…,15